Kasih ayah sepanjang Galah namun kasih ibu sepanjang masa, begitu besar kasih seorang ibu terhadap anak-anaknya sehingga terkadang lupa cara mengasihi dan mendidik anak dengan cara yang benar untuk bekal dihari depan, manakala dia sudah tumbuh dewasa dan siap untuk hidup mandiri tanpa bergantung lagi dengan orang tuanya. Mungkin pepatah itulah yang cocok untuk menggambarkan kisah nyata yang penulis alami dalam kesehariannya sebagai seorang pribadi sederhana yang menekuni bidang IT dan pelayanan sosial.
Kesan pertama ketika bertemu dengan ibu Nainggolan begitu menyenangkan, Sambutan hangat yang ditunjukkan ibu ini membuat kami nyaman untuk memperjelas maksud dan tujuan kami datang bertamu. Segelas kopi dan makanan ringan mengiringi pembicaraan kami, perkenalan itu terasa sedikit kaku karena ibu Nainggolan yang kami temui punya suami asli betawi namun beliau sudah menjadi seorang nasrani.
Ibu Ramahayana Nainggolan bekerja di sebuah perusahaan manufaktur dan memiliki dua orang anak, satu laki-laki bernama Arion dan satu lagi perempuan bernama Epa Valentine. Arion masih duduk di bangku Sekolah Dasar sedangkan Epa duduk di bangku SLTP. Suaminya bekerja sebagai seorang satpam di sebuah perusahaan pengangkutan. Sepintas saya melihat keluarga ini sangat bahagia, walaupun mereka bukan keluarga yang kaya tapi kemesraan yang terjalin sangat akrab diantara mereka, ditambah lagi keberadaan nenek Epa dan Arion yang hadir menemani mereka setiap hari. Ingin rasanya berlama-lama bercerita dirumah itu. Aku memangggil kakak kepada ibu Nainggolan agar lebih akrab, sambil terus bercerita maksud dan tujuan kami datang bertamu. Kakak sering bercerita kepada saya tentang keinginannya yang kuat terhadap anak perempuannya agar kelak bisa menjadi orang terkenal yang bisa mengangkat martabat keluarga. Epa ternyata seorang yang bertalenta di bidang seni, semenjak duduk di Sekolah Dasar, Epa telah ikut banyak perlombaan tarik suara dan kontes model cilik dan terbukti dia berbakat karena beberapa kali dia keluar sebagai juara. Hal ini membuat kakak sangat terobsesi untuk mengorbitkannya menjadi seorang artis.
Epa memang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang proporsional. Ada beberapa piagam dan piala terpajang rapi hasil dari kerja keras Epa dibeberapa perlombaan. Satu waktu kakak meminta saran saya gimana caranya agar Epa bisa lebih baik lagi prestasinya, akupun sangat mendukung dan mencoba mencari informasi termasuk mengafiliasikannya lewat beberapa petinggi organisasi yang kami ikuti, namun karena konsentrasi kami yang banyak terserap di organisasi, hal itu sedikit agak terlupakan. Dari sekian banyak orang yang tergabung di organisasi ini, saya adalah orang yang paling dekat dengan kakak Nainggolan dengan keluarga. Setiap kali saya datang selalu dilayani dengan kasih seperti seorang anak kandung. hal ini membuat saya serasa tidak asing dengan keluarga ini.
Sekian lama kami berkomunikasi dengan baik, aku semakin mengerti ada sesuatu yang salah dengan cara yang dilakukan oleh kakak dalam mendidik Epa dan Arion. Epa diberi kapasitas yang lebih dalam menentukan apa yang dia mau. Pernah satu ketika saya mendengar alasan kakak melakukan hal itu karena kakak memiliki masa kecil yang pahit, hidup ditengah keluarga yang sangat berkekurangan. Satu waktu sambil menangis kakak bercerita bagaimana dia berangkat kesekolah tanpa alas kaki dan hanya makan ubi talas, ditengah perjalanan dia melihat orang makan pisang dan membuang kulitnya, kemudian kakak mengambilnya dan memakan sisa-sisa dari kulit pisang itu. Terharu sekali mendengarnya. Itulah sebabnya saya selalu berusaha memenuhi kebutuhanmu Epa anakku!! Epa pun terharu dan memeluk kakak.
Mendekati ujian akhir nasional, Epa sudah merencanakan akan masuk di SMU mana, kakak berpesan agar Epa berusaha mendapat nilai yang baik agar bisa diterima di sekolah negeri. Saya pun berpesan agar Epa berusaha mengwujudkan harapan dari kakak.
Kebetulan saat itu ada kontes akademi fantasi, sebuah program penjaringan bakat nyanyi sebuah stasiun televisi swasta, Epa berencana untuk ikut namun kakak menyarankan fokus ke ujian ahir dulu, baru nanti kita coba ikut. Setelah pengumumam kelulusan ternyata nilai yang didapat Epa tidak memenuhi standart untuk masuk ke sekolah negeri. Setelah berunding ditengah keluarga ahirnya diputuskan Epa untuk mencoba jalan pintas masuk ke sekolah negeri. Saya diminta kakak untuk bertemu dengan seorang guru yang akan dilobi dengan beberapa kesepakatan agar Epa bisa masuk sekolah negeri. Maklum saja suami kakak yang asli betawi kurang cakap dalam hal berbicara. Hal ini sering menjadi bahan perdebatan antara mereka berdua.Hati kecil saya sedkit berontak karena dalam pembicaraan itu akan membahas sejumlah uang yang akan diserahkan kepada guru dalam memuluskan niat kakak, akak menyiapkan uang Rp 500.000 sebagai sogokan kepada guru tersebut. Sedikit berat hati, akupun berangkat menuju rumah ibu guru yang dimaksud. Saya memperkenalkan diri sebagai paman dari Epa pada waktu itu. Kesepakatan pun terjadi dan Epa akhirnya diterima sebagai siswi di sekolah negeri.
Tetapi apa yang ditabur itu pulalah yang akan dituai. Sikap mendidik yang kurang baik yang diterapkan oleh kakak kini mulai kelihatan. Eepa menjadi seorang gadis yang suka menuntut, dan terkesan sedikit kurang sadar akan keberadaan keluarganya yang hidup dengan selalu bersyukur terhadap segala keadaan yang ada. Satu waktu Epa meminta dibelikan motor matic sebagai kenderaan berangkat ke sekolah, minta hp dengan merk terbaru dan selalu minta uang jajan yang lebih. Sekolah Epa adalah sekolah unggulan yang ada di rayon kecamatan dimana dia tinggal. Waktu saya mampir kesekolahnya untuk urusan registrasi, memang kelihatan banyak siswa/i yang sudah menggunakan motor untuk operasional sehari-hari, alasan itu menjadi latar belakang epa mengajukan permintaan tersbut. Melihar reaksi Epa yang sedikit berlebihan, kakak menasehatinya agar bersabar dan melihat lebih jernih lagi bahwa keluarga kita bukan seperti keluarga lain yang punya penghasilan yang lebih besar. Namun lagi-lagi Epa kurang merespon. Dalam kondisi demikian Arion adik Epa sedikit tersisihkan dari perhatian kakak dan abang.
Waktu berjalan terus, Epa semakin hari semakin tidak terkontrol bahkan sering bolos dari sekolah. Memang dari rumah Epa selalu berangkat tepat waktu kesekolah namun itu hanya sampai gerbang sekolah saja. Selama jam pelajaran berlangsung Epa menghabiskan waktu bersama orang yang dikenalnya semenjak dia duduk di bangku SMA. Malam itu kakak sms saya menceritakan bahwa beliau sangat sering mendapat kabar dari wali kelas Epa yang mengatakan bahwa Epa sering tidak masuk. Dan kini sudah dapat peringatan agar tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut. Dalam hal ini kakak meminta tolong agar saya lebih sering main kerumah untuk mengawasi Epa.
Saya memutuskan untuk datang kembali ke rumah tersebut. Tiba dirumah saya langsung disambut dengan hangat. Apa yang aku dengar ternyata benar terjadi, sampai pada ahirnya Epa harus menghadapi sidang di kantor kepala sekolah yang berujung pada pemecatan secara tidak hormat. Hal ini dilakukan untuk menjaga predikat sekolah unggulan yang disandang sekolah itu. Saya mencoba melobi guru yang pernah membantu Epa masuk disekolah ini, namun ternyata tidak ada solusi. Semua menjadi semakin tidak menentu. Malam itu kami berdiskusi mencari solusi yang terbaik untuk Epa. Timbul di pikiran untuk menempatkan Epa ke rumah keluarga yang ada dikampung agar terhindar dari pengaruh yang kurang baik di kota Jakarta, karena setelah diselidiki ternyata Epa bergaul dengan pria berandal yang tinggal tidak jauh dari kompleks Epa bersekolah. Lelaki berandal yang tidak memiliki pendidikan dan menghabiskan banyak hari-harinya dengan kegiatan yang tidak benar. Tetapi usulan yang disampaikan ditolak Epa. Dia mengatakan bahwa dia tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi dikampung. Akhirnya Epa pun berjanji akan berubah asal diberi kesempatan untuk bersekolah di Jakarta. Mendengar hal itu itu kakak sedikit lega dan setuju dengan untuk tidak mengirimkannya ke kampong halaman.
Setelah itu kamipun berusaha mencari sebuah sekolah swasta agar Epa bisa bersekolah kembali. Setelah Epa diterima di sekolah baru ternyata dia tetap tidak berubah. Sikap arogan dan tidak bisa menerima keadaan tetap saja menjadi gaya khas yang melekat pada dirinya, bahkan semakin menjadi-jadi. Mungkin inilah penyebab dari cara mendidik yang terlalu memanjakannya selama ini. Namun apa mau dikata bahwa niat hati ingin menyenangkan anak namun disalahartikan.
Lagi lagi saya harus berurusan dengan sekolah baru Epa, karena kesibukan kakak di kantor dan abang yang kadang harus lembur malam. Semua aku lakukan dengan hati yang tulus tanpa sedikitpun merasa terpaksa. Terkadang kakak menawarkan uang sekedar biaya transport namun aku tolak, semua itu aku lakukan karena aku benar-benar merasa telah menjadi bagian dari keluarga ini. Aku menemukan kasih sayang seperti yang ibu kandung berikan kepadaku, yang aku tidak dapati karena aku harus jauh dari mereka. Sikap ini membuat kakak sangat respek dan mengasihiku. Beberapa kali kakak memuji sikap dan keberanianku dalam menyelesaikan masalah yang aku hadapi.
Setiba disekolah baru Epa, aku bersama abang langsung menuju ke ruangan Kepala Sekolah. Disana kami bertemu dengan Wali Kelas dan Kepala Sekolah Epa. Tetapi sungguh tak disangka ternyata Epa melakukan banyak kesalahan yang membuat aku terkejut. Uang SPP yang tadinya sudah diberikan kakak sama sekali tidak di setorkan ke sekolah, tetapi malah menunggak selama 3 bulan. Persentase kehadiran Epa juga sangat minim, karena dalam seminggu Epa hanya masuk 3 kali. Selebihnya dia membolos. Pihak sekolah memberikan kesempatan agar Epa bisa merubah sikapnya agar bisa terus melanjutkan studinya di sekolah tersebut, karena apabila dia tidak bisa merubah sikapnya Epa harus angkat kaki dari sekolah tersebut.
Dalam keadaan yang demikian, belakangan saya mendengar kabar kakak stress dan kesehatanya sering terganggu, bahkan berat badannya pun turun drastic. Abang dan kakak jadi sering cuti dari kantor untuk berobat. Saya sangat prihatin dan merasa sedih. Eentah kenapa saya bisa merasakan ini, mungkin karena kasih sayang yang saya dapatkan dari seorang pribadinya begitu menghargai walaupun kami hanya kenal begitu saja.
Apa yang pernah dijanjikan Epa jauh dari kenyataan, ahirnya pihak sekolah tidak bisa mentolerir lagi sikap Epa. Sekolah memecatnya. Kabar ini semakin membuat kakak terpukul. Malam itu kami berkumpul dan saya mengajak untuk berdoa menyerahkan semua permasahan ini kepada Tuhan. Dengan tidak bosan-bosannya kakak kembali menasehati Epa agar mau berubah, dengan berlinang air mata kakak berujar sembari memohon agar Epa bisa berubah. Melihat situasi demikian saya tidak mampu menahan air mata, aku melihat abang pun mengusap air mata yang mengalir deras. Epa mencoba menenangkan kakak sambil menangis Epa memohon maaf dengan linangan air mata.
akh..hh.hh suasana sangat haru. Tiba tiba Epa pingsan dan tidak sadarkan diri...kakak mencoba memanggil sambil menggoyang badan Epa. Epa..!! Epa..!! bangun kau nak, suara kakak terdengar parau tetapi Epa belum juga sadarkan diri. Dengan sedikit minyak angin Epa dibantu menyadarkan diri. Semua terhenyak ditengah ketidak berdayaan kami. Oh Tuhan......Tolonglah kami berikan penghiburan ditengah semua pencobaan ini. Cukuplah sampai disini, kasihan sekali melihat keberadaan kakak.
Semenjak kejadian ini kakak memutuskan untuk menyerahkan semua tergantung Epa, mau dibawa kemana masa depannya, apa yang dia mau lakukan terserah dia. Pernah Epa tidak pulang selama 3 hari yang membuat kami semua kelimpungan mencarinya. Ahirnya kami mendapatkan informasi bahwa dia masih tetap berhubungan dengan laki-laki berandal yang itu. Abang pun memperingatkan laki laki itu agar menjauhi Epa kalau tidak dia akan berurusan dengan polisi untuk mempertanggungjawabkan kelakuannya. Sempat muncul pikiran negatip bahwa Epa pasti sudah bukan gadis lagi, melihat situasi yang demikian karena wajar aja jika dia ditemani seorang laki laki berandal bahkan sampai menginap bareng. Tetapi lagi-lagi aku menepis semua pikiran negatip itu.
Dalam ketidakpastian segala hal Epa sudah tidak lagi memikirkan tentang sekolah. Epa yang dulu membuat bangga kakak dengan talenta dan kemampuannya di bidang seni kini sudah berlalu. Bayang bayang kelabu semakin nyata kelihatan. Kesehatan kakak pun semakin sering terganggu. Kakak tidak pernah menceritakan penyakit seperti apa yang dialaminya. Pernah satu kali sepulang dari kantor kakak pingsan setelah sampe dirumah. Awalnya semua kelihatan gelap lalu pingsan tak sadarkan diri.
Waktu ku tersita sangat banyak untuk mengurusi Epa, sampai aku tidak memikirkan pekerjaan dan diri sendiri. Rasa-rasanya aku sudah menyerah dan tidak mampu lagi membantu. Aku jadi ingat pepatah orang tua dikampung yang mengatakan: lebih mudah mengawal 1000 ekor kerbau dari pada seorang wanita.
Aku sedikit terhibur karena mendengar kini Epa dibina oleh seorang kakak rohani dari gereja dimana kakak berjemaat. Tapi lagi-lagi hal itu bukan menjadi solusi buat Epa karena sikapnya masih belum berubah. Dalam keadaan itu sesekali aku masih sempatkan waktu menjenguk mereka. Kesibukanku di pekerjaan baru ahirnya menjadi kendala untuk berkunjung dan mengetahui kabar mereka. Tetapi kakak terus berkomunikasi dengan saya. Satu hari kakak bersama abang mengunjungi tempat saya bekerja, kelihatan kakak menjadi sangat kurus dan tidak seperti dulu saat pertama kali saya saya bertemu.
Pada ahir kisah ini saya harus kembali mengusap air mata untuk kejadian yang sama sekali tidak pernah sekali timbul dalam pikiran saya. Setelah hampir setahun tidak bertemu dengan keluarga kakak, suatu hari di bulan Januari 2009 saya mengunjungi seorang sahabat yang dulu pernah menjadi rekan kerja saya di organisasi yang aku ikuti bersama kakak. Dengan mengendarai motor saya menuju kesana. Untuk menuju kesana saya harus melewati kompleks perumahan dimana Epa tinggal. Aku mengarahkan pemandangan ku kesana dan berpikir untuk singgah kesana setelah selesai mengunjungi sahabat saya. Sepanjang perjalanan saya mengalami kesulitan. Saya berputar-putar tidak menentu sampai ahirnya saya harus berhenti karena hujan turun dengan derasnya. Saya kembali melanjutkan perjalanan setelah hujan berhenti namun lagi-lagi saya kebingungan mencari alamat yang hendak saya tuju. Ditengah kondisi yang demikian saya baru sadar bahwa tempat yang berulang kali saya temui adalah sebuah pemakaman umum didaerah bekasi, "Taman Pemakaman Perwira". Kok bisa begini ya, malah balik kesini lagi sampai tiga kali. Seakan-akan tempat ini ingin menunnjukkan sesuatu kepada saya, tapi apa hubungan nya dengan saya??? akh,,ada ada aja! pikiran itu aku buang...
Setelah pertemuan saya gagal, saya ingat untuk mengunjungi keluarga kakak. Dengan mantap saya menuju kesana. Tiba dirumah suasana sedikit berbeda. Rumah kelihatan sepi dan kurang terawatt, padahal biasanya neneknya Epa selalu ada didepan rumah dengan mesin jahitnya yang sudah mulai butut. Bergegas aku menuju kerumah karena sudah kangen dengan semua keluarga kakak, penasaran gimana dengan kondisi Epa sekarang,
Eh.. tulang!!!!.. Epa menyambut aku dengan senyum nya, lalu abang muncul dari kamar dan langsung menyapa aku. Kau Wan!!,, ayo masuk. Suasana ruangan sedikit berbeda karena sudah tidak ada lagi suasana yang seperti dulu lagi.
Kakak mana.!? aku membuka pembicaraan karena agak lama kakak tidak muncul. Sejenak abang dan Epa terdiam. Akhirnya Epa menimpali sambil berkata: mama sudah di surga tulang! Awalnya aku pikir Epa hanya bercanda...bisa aja epa neh! kemudian abang menjawab: iya Wan kakakmu sudah disurga,
Seperti sambaran petir disiang bolong, tiba tiba aku keringat dingin, bibirku gemetar dan aku tak berdaya untuk berkata kata... hampir 5 menit aku termenung!!
Abang menjelaskan kronologis kejadian, buntut dari stress berkepanjangan memikirkan tingkah laku Epa membuat kesehatan kakak menurun sangat drastis, sampai suatu sore kakak jatuh pingsan dirumah dan harus dibawa kerumah sakit pemerintah yang ada di Jakarta Timur. Setelah diperiksa, ternyata pihak Rumah Sakit itu tidak bisa menangani dan harus dirujuk kerumah sakit Cipto. Disana kakak masuk UGD dan langsung ditangani oleh Dokter spesialis. Selang beberapa waktu tim dokter memberitahukan sakit apa yang diderita. Kakak mengidap tumor otak stadium akhir dan harus segera dioperasi.
Mendengar cerita itu yang ada dalam pikiran saya cuma satu. Semua karena ulah Epa. Selama hampir 2 tahun pikiran kakak terporsir dan harus jatuh bangun demi memperjuangkan Epa. Dasar anak durhaka yang tidak tahu bersyukur!! imej itu kini melekat kuat dalam diri Epa menurut cara pandang saya. Sbang melanjutkan kisahnya, dalam kondisi demikian abang mencoba berdiskusi dengan keluarga yang ada, apakah akan melanjutkan operasinya atau tidak? soal biaya sih tidak menjadi masalah karena perusahaan tempat kakak bekerja siap untuk menanggung semua biaya yang hampir ratusan juta. Namun ditengah kondisi itu kakak berpesan agar merelakan dirinya pergi sembari berkata kepada abang..pak! jaga anak kita ya!? urus mereka sampai besar. Berlinang air mata abang mendengar semua pesan kakak, Secara medis peluang untuk kakak memang bisa sembuh, namun resiko besar bisa saja terjadi salah satunya adalah kemungkinan bisa gila atau jika operasi gagal yang berujung maut, dana besar dikeluarkan namun yang diusahakan tidak dicapai. Akhirnya dengan berat hati abang mengiklaskan kakak. Kepergian kakak ternyata tidak lama setelah pesan terakhir kakak. Kakak pergi dengan meninggalkan segudang impian yang belum tercapai, persis pada waktu masih subuh kakak menghembuskan nafas terahir.
Bisanya orang batak mengadakan acara adat untuk prosesi pemakaman, namun kali ini berbeda proses pemakaman kakak berlangsung singkat namun dihadiri oleh orang yang sangat banyak, iini menjadi bukti bahwa kakak adalah orang yang sangat ramah dan bersosialisasi dengan baik. Kakak dimakamkan di pemakaman Perwira Bekasi. Aku jadi teringat sehari sebelumnya waktu aku tersesat mencari alamat teman aku. Tiga kali aku kembali ketempat itu karena tidak tahu alamat yang aku tuju, sejenak aku merenung, ternyata Roh kakak ingin berbicara dan mengingatkan aku akan sesuatu yang ingin dia sampaikan. Kakak selalu berterima kasih untuk semua hal yang aku lakukakn semasa kakak hidup. Sebelum pemakaman kakak , abang berusaha menghubungi saya tapi nomor hp aku tidak bisa dihubungi. Hal ini membuat rasa penyesalan yang sangat dalam aku rasakan tidak bisa melihat kakak untuk terahir kalinya.
Jam menunjukkan tepat pukul 1 siang, aku memutuskan untuk berjiarah ke pusara kakak, dengan kecepatan 80 km/jam. Aku pacu kenderaan bermotor menuju pemakaman Perwira. Setiba disana aku bertanya langsung kepada petugas TPU. Dengan sedikit bersusah payah ahirnya kutemukan juga pusara kakak. Photo kakak dengan raut wajah tersenyum menghiasi makam kakak. Aku duduk di pusara lalu berujar dalam hati. Kak,, maafin Dewan ya gak bisa tahu ini semua!? Walaupun saya berusaha tidak menangis namun hati saya tidak mampu. Disisi lain aku tetap tidak bisa menerima sikap Epa yang aku pikir menjadi penyebab dari semua kejadian ini. Aku mencoba membersihkan makam kakak namun karena rumputnya sudah agak tinggi aku memanggil seorang petugas yang biasa membersihkan makam dan dengan cekatan dia membersihkannya,
Mas saudaranya ya! si Bapak nyelutuk ditengah keheninganku,, akupun tersadar mendengar bapak itu bertanya, oh,,,, iya pak! jawabku dengan bangga.sebelum pulang selembar uang kertas aku sisipkan di kantong bapak itu. Terima kasih ya Pak!? Kapan-kapan saya kembali lagi.
Sepanjang perjalanan saya, saya terus merenungkan kejadian ini, aku tidak bisa menerima keadaan ini. Epa menjadi biang dari semua kejadian ini. Apalagi setelah beberapa bulan setelah kakak sudah tiada, Epa bukannya menjadi lebih baik. Informasi yang saya dapat dari orang dekat Epa bahwa sekarang Epa telah menjadi seorang wanita penghibur lelaki hidung belang di ibukota. Abang yang hilang kekuatan dalam mendidik Epa dan Arion kini lebih banyak tinggal dikantor, jarang pulang kerumah dan menitipkan Arion ke sebuah asrama yang jauh dari rumah. Rasa rasanya sia-sia semua apa yang dibangun kakak selama ini
Semua yang sudah terjadi memang tidak bisa kita diperbaiki lagi, namun walau bagaimanapun selalu ada harapan di hari depan, masa depan untuk merubah segalanya menjadi lebih baik mumpung Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik
Sebuah pelajaran yang harus kita petik bahwasanya mengasihi anak itu adalah sebuah kewajiban yang harus kita jalankan namun harus tetap berusaha untuk membekali anak dengan ahlak disiplin terutama mengajarinya untuk takut akan Tuhan yang akan membentuk nya menjadi anak yang berbakti.
Selamat jalan kakak!! kini kau tiada namun sikap dan kepribadianmu selalu akan hidup dalam hati ini.